1. Treasure Island, Amerika Serikat
Pada mulanya, pulau buatan seluas 1,5 km2 yang dibangun di tengah Teluk
San Francisco ini dipakai untuk acara Golden Gate International
Exposition pada 1939. Setelah pameran tersebut berakhir, lahan ini
rencananya akan digunakan sebagai lapangan terbang. Namun sebuah
proposal baru mengubah Treasure Island—bersama dengan pulau tetangganya
yaitu Yerba Buena Island—menjadi salah satu lokasi paling ramah
lingkungan di Amerika Serikat.
Proyek Treasure Island yang dimulai pada 2009 adalah proyek
percontohan pembangunan kota ramah lingkungan di Amerika Serikat.
Beberapa fasilitas yang diusulkan termasuk pembangunan gedung
bersertifikasi LEED, pencegahan pembuangan air hujan, fasilitas
pengolahan air alternatif termasuk pembangunan rawa-rawa buatan yang
dijuluki Living Machines dan sistem transportasi bebas polusi.
Sebuah ladang organik perkotaan seluas 0,08 kilometer persegi akan
dibangun dekat dengan pusat kota dan ditargetkan bisa memasok kebutuhan
pangan 13.500 penduduk dengan produksi lokal. Pasokan energi berasal
dari pembangkit listrik tenaga surya dan angin, dan pada 2020, sebanyak
70% luas permukaan atap di kota ini akan ditutup oleh panel surya yang
akan memproduksi sekitar 30 juta Kwh listrik setiap tahun.
2. Victoria, British Columbia, Kanada
Saat ini, kemampuan kota yang terletak di Pulau Vancouver bagian
selatan ini menyerap karbon lebih besar daripada kemampuannya
menghasilkan karbon. Data per Juli 2012 menunjukkan, karbon yang
diproduksi dari kompleks industri, komersial, dan jalan tol di Victoria
sekitar 27 juta ton per tahun. Sedangkan karbon yang berhasil diserap
oleh vegetasi hutan dan fauna nyaris mencapai 56 juta ton per tahun.
Keberhasilan ini disumbangkan oleh proyek Dockside Green, yang
menggabungkan ruang tinggal, komersial, industri kecil dan ruang hijau
di lahan dekat dengan pelabuhan seluas 0,06 kilometer persegi. Anda
tidak akan menemukan mobil terparkir di kota ini karena penduduk
Victoria, dan Dockside Green, semua terlibat dalam program berbagi
tumpangan. Mobil yang akan digunakan adalah mobil hibrida berbahan
bakar ramah lingkungan.
Proyek Dockside Green juga akan membangun jalur bagi pesepeda dan
pejalan kaki, fasilitas kapal ferry dan transportasi publik yang
disubsidi oleh pemerintah. Pengelolaan energi dan sampah, semua
dilakukan dalam kota. Seluruh limbah akan diproses di tempat, sementara
air yang sudah didaur ulang akan digunakan untuk menyiram toilet dan
tanaman. Energi hasil pengolahan limbah makanan akan dipakai untuk
pemanas ruangan dan air.
3. Sherford, Inggris
Kota yang terletak di sebelah selatan Devon, adalah proyek rmaah
lingkungan dari putera mahkota Inggris, Pangeran Charles. Kota ini
menampung 12.000 penduduk dan direncanakan selesai pada 2020. Kota ini
akan menggunakan teknologi dan rancang bangun ramah lingkungan
tercanggih namun tetap mempertahankan ciri kota tradisional Inggris.
Gedung-gedung akan dibangun menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan
dalam radius 80 kilometer, sementara air dan limbah akan didaur ulang.
Tempat tinggal dan perkantoran akan memaksimalkan fungsi atap,
dengan dilengkapi panel surya dan vegetasi. Separuh energi yang
dibutuhkan Sherforf akan dipasok dari sumber energi terbarukan, seperti
panel surya dan turbin angin.
Tak lupa, kota ini juga akan didesain menjadi tempat yang ramah
pejalan kaki dengan membangun perumahan, pertokoan ritel dan industri
dalam jarak terjangkau, sehingga mengurangi kebutuhan untuk menggunakan
mobil. Pada praktiknya nanti, mobil akan dilarang dijalankan di
beberapa wilayah kota ini, dan para pemilik rumah baru juga akan
memeroleh sebuah sepeda gratis.
4. Dongtan, China
China adalah negara dengan tingkat polusi terparah di dunia. Namun di
Pulau Chongming, dekat Shanghai, kini tengah dibangun sebuah kota bebas
karbon, bernama Dongtan. Di kota ini juga akan dibangun sebuah wilayah
konservasi ekologis.
Pembangunan Dongtan yang ditargetkan dapat menampung 500.000
penduduk, akan dilakukan secara bertahap. Tahap pertama sedikitnya
10.000 sampai 25.000 penduduk dapat dipindahkan ke kota ini. Dan
prosesnya diharapkan selesai pada 2030.
Kota yang dirancang untuk menampung penduduk dari semua golongan
ekonomi dan sosial ini, akan dibagi menjadi tiga wilayah bernama
Marina, Lake, dan Pond. Sistem pertanian yang akan diadopsi menggunakan
metode pertanian organik dan berkelanjutan.
Sistem energi yang akan digunakan adalah menggabungkan sumber energi
surya, angin, biofuel, dan dari daur ulang bahan-bahan organik.
Fasilitas transportasi publik juga akan menggunakan sel bahan bakar
hidrogen. Uniknya lagi, hanya 75% dari wilayah Pulai Chongming yang
akan dibangun, sementara sisanya akan digunakan untuk wilayah
konservasi ekologis.
5. Masdar City, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab
Kota Masdar yang berarti ‘sumber’ dalam bahasa Arab, menurut rencana
akan menghabiskan dana sedikitnya USD22 miliar (hampir Rp213 triliun)
untuk menjadi kota bebas karbon pertama di dunia. Proyek ambisius yang
ditargetkan selesai dibangun pada 2016 ini rancananya dapat menampung
50.000 penduduk.
Masdar akan memanfaatkan tenaga surya, angin dan hidrogen sebagai
sumber energi. Selain melarang penggunaan mobil berbahan bakar fosil,
kota ini juga akan menyediakan sarana transportasi publik berupa rel
ringan bertenaga listrik yang dapat diprogram.
No comments:
Post a Comment