Abstrak
Dalam suatu kota tentu memiliki sejarah, dalam sejarah perkembangan kota ada beberapa peninggalan yang bersejarah misalnya kawasan,bangunan, maupun budaya yang merupakan aset yang memiliki makna maupun nilai tersendiri. Untuk melestarikan lanskap bersejarah perkotaan, perlu dibangun perencanaan strategis dan dinamis antar berbagai aktor dalam bidang perkotaan, terutama antara otoritas publik yang mengelola kota dan para insvestor yang terkait serta melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan. Dalam pelaksanaan unsur penting yang berdampak dan perlu diperhatikan adalah unsur lingkungan,ekonomi dan sosial. Karena makna dan tujuan sebuah kota adalah untuk melindungi dan meningkat taraf kelayakan agar terjadi kesinambungan yang berkelanjutan dalam sebuah kota.
Kata Kunci : Cagarbudaya, Konservasi, Nilai-nilai penting cagar budaya
Pendahuluan
Wujud fisik spasial kawasan kota-kota yang ada sekarang ini adalah hasil dari suatu proses dan produk sejarahnya masing-masing,Pemahaman tentang kawasan kota harus dilihat dari aspek manusia sebagai penghuni kota yang terkait dengan tata nilai budaya, perasaan, harapan, tujuan, dan pengalaman berinteraksi dengan komunitasnya. Oleh karena itu, kawasan kota mempunyai citra atau image sebagai suatu nilai. Kawasan maupun sebuah gedung yang memiliki makna dan berdiri sekitar 50 tahun dikatakan sabagai cagar budaya.
Suatu upaya yang dapat menghidupkan kembali kawasan dapat disebut sebgai tindakan konservasi . Termasuk upaya konservasi bangunan kuno dan bersejarah. Peningkatan nilai-nilai estetis dan historis dari sebuah bangunan bersejarah sangat penting untuk menarik kembali minat masyarakat untuk mengunjungi kawasan atau bangunan tersebut. Sebagai bukti sejarah dan peradaban dari masa ke masa. Upaya konsevasi bangunan bersejarah dikatakan sangat penting. Selain untuk menjaga nilai sejarah dari bangunan, dapat pula menjaga bangunan tersebut untuk bisa dipersembahkan kepada generasi mendatang.
Semua kota memiliki kekayaan masing –masing potensi yang ini tergantung dari kota itu menjaga dan memelihara aset yang ada. Dampak yang timbul bisa merambat dalam kehidpan masyarakat yang berada dalam kawasan tersbut baik secara ekonomi, sosial dan lingkungan. Dengan hilangnya bangunan kuno bersejarah, lenyaplah pula bagian sejarah dari suatu tempat yang sebenarnya telah menciptakan suatu identitas tersendiri, sehingga menimbulkan kesamaan yang tidak memiliki nilai jual. Oleh karena itu, konservasi bangunan bersejarah sangat dibutuhkan agar tetap bisa menjaga cagar budaya yang sudah diwariskan oleh para pendahulu kita. Pada penulisan ini akan membahas mengenai cagar budaya yang terdapat diluar negeri yang dijadikan sebgai contoh pengembangan kawasan heritage maupun upaya konservasi sebuh bangunan lama yang memiliki nilai dan sejarah yang tetntu hal ini berkaitan dengan pemerintah setempat maupun masyarakat.
Kajian Literatur
2.1 Pengertian Konservasi
Upaya untuk memelihara atau melestarikan suatu tempat maupun kawasan yang memiliki nilai dan makna yang perlu dipertahnkan dapat disebut sebgai tindakan konservasi sedemikian rupa sehingga makna budaya dari tempat tersebut dapat dipertahankan. Berdasarkan The Burra Charter (1981), upaya konservasi memiliki 4 (empat) hal utama, yaitu:
1. Pelestarian, yaitu upaya pengelolaan pusaka untuk memperpanjang usia benda cagar budaya, situs atau kawasan peninggalan bersejarah dengan cara perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan dan atau pengembangan untuk menjaga keberlanjutan, keserasian dan daya dukungnya dalam menjawab dinamika jaman untuk membangun kehidupan yang berkualitas.
2. Perlindungan, yaitu upaya mencegah dan menanggulangi segala gejala atau akibat kerusakanbenda, situs dan kawasan cagar budaya baik dikarenakan manusia atau alam dengan cara : (1)Penyelamatan, yaitu pencegahan dan penanggulangan ancaman kerusakan atau kemusnahan perlindungan benda, situs, dan kawasan cagar budaya yang timbul baik oleh alam atau manusia secara teknis; (2)Pengamanan, yaitu perlindungan dengan cara menjaga, mencegah dan menanggulangi hal-hal yang dapat merusak benda, situs, dan kawasan cagar budaya.
3. Pemeliharaan, yaitu upaya pelestarian benda, situs dan kawasan cagar budaya baik dikarenakan manusia atau alam dengan cara : (1)Pemugaran, yaitu dengan cara mempertahankan keaslian berdasarkan data yang ada dan bila diperlukan dilakukan perkuatan struktur yang dapat dipertanggung jawabkan dari segi arkeologis, historis dan teknis; (2)Pemanfaatan, yaitu pemberdayaan benda, situs dan kawasan cagar budaya sebagai aset budaya untuk berbagai kepentingan yang tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian.
4. Pengelolaan, yaitu upaya pelestarian dan pemanfaatan benda, situs dan kawasan cagar budaya melalui kebijakan pengaturan perencanaan, perlindungan, pemeliharaan, pemugaran, pemanfaatan, dan pengendalian
2.2 Pengertian Cagar Budaya
Berdasarkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya:
1. Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.
2. Bangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding, dan beratap.
2.3 Nilai – Nilai Penting dalam Kawasan Cagar Budaya
Berikut uraian tentang nilai-nilai penting dari benda, situs, kawasan cagar budaya menurut Aylin Orbasli dalam buku “Architectural Conservation” (2008):
a) Age and Rarity Value, nilai yang terkait di periode kapan bangunan tersebut dibangun, bila tidak ada gambar atau foto atau dokumen tertulis lainnya dapat dilihat dari fisik bangunan dan kelangkaan yang dilihat dari tipe bangunan, dan teknologi bangunan.
b) Architectural Value, terkait kualitas desain dan kontribusi terhadap lingkungan binaan, langgam desain yang diterapkan, karya dari arsitek yang dianggap baik, atau sebagai pelopor penggunaan suatu teknologi bangunan.
c) Artistic Value, terkait kualitas karya seni, misalnya lukisan mural.
d) Associative Value,
e) Cultural Value, memiliki informasi mengenai banyak aspek dari masa lampau, mulai dari penggunaa material, kerajinan tangan, teknik konstruksi yang mempunyai peran penting pada tradisi dan budaya.
f) Economic Value, keuntungan ekonomi bangunan bersejarah terutama melalui pariwisata.
g) Educational Value,apa yang bisa dipelajari dari bangunan bersejarah, misalnya periode sejarah, kehidupan, hubungan sosial, dan teknik konstruksi di masa lampau.
h) Emotional Value, terkait ikatan emosi yang terjadi antara manusia dengan bangunan sebagai rasa kagum dan hormat terhadap desain dan karya seni.
i) Historic Value, bukti fisik tentang masa lampau, yang juga memiliki peran penting dalan sejarah atau bangunan yang terhubung dengan periode tertentu dalam sejarah.
j) Landscape Value, monumen, bangunan atau tata kota atau tata kawasan saling melengkapi.
k) Local Distinctiveness, bangunan heritage yang berkontribusi yang menjadi ciri khas, dengan keunikannya yang tidak didapat di tempat lain misalnya dari material atau teknologi atau karakter bangunan.
l) Political Value,
m) Public value, ruang publik yang menjadi tempat demonstrasi, unjuk rasa, atau revolusi.
n) Religious and Spiritual Value, dimana menjadi tempat peziarahan, misalnya gereja, masjid, candi, gunung, sungai, dan lain sebagainya.
o) Scientific, Research and Knowledge Value, dilihat dari teknologi bangunan yang diterapkan, material yang dipakai, darimana material didatangkan, peralatan apa saja yang dipakai, penyebab kerusakan.
p) Social value, sebagai bagian dari pertukaran sosial atau hubungan sosial, misalnya taman.
q) Symbolic value, sebagai simbol peristiwa bersejarah, misalnya monumen, Triumph, Tembok Berlin.
r) Technical value, teknologi yang dipakai dalam konstruksi suatu bangunan dan kontribusinya terhadap teknologi bangunan di masa mendatang.
s) Townscape value, kontribusinya terhadap kelompok bangunan, jalan, townscape, karena bangunan tidak bisa berdiri sendiri tanpa melihat sekelilingnya.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penyusunan kajian ini adalah dengan studi literatur. Dalam penyusunan ini menggunakan metode mempelajari studi literatur yang didapatkan dari beberapa sumber jurnal ilmiah yang dipublikasi maupun kajian penelitian sebelumnya yang dijadikan sebagai sumber informasi yang data diakses dari media website. Tujuan dalam menulis kajian ini adalah sebgai bahan infomasi untuk pembelajaran maupun dalam menyusun tugas yang terkait dengan pemaran materi dalam kajian ini.
Pembahasan
1. Kawasan Cagar Budaya di Canberra Australia
Hal yang dilakukan ketika berada dalam kawasan Canberra adalah menyelusuri jalan seremonial Parade Anzac dan pelajari kisah-kisah perang dan pemeliharaan perdamaian Australia di Australian War Memorial. Kunjungi Museum Demokrasi Australia di Old Parliament House. Jelajahi taman-taman yang terbentang luas di Lanyon Homestead dan telusuri Blundells’ Cottage, yang dibangun pada tahun 1860-an dan sekarang menjadi museum interaktif. Ikuti tur bersama pemandu melintasi pondok pekerja di Mugga Mugga, atau sekolah pertama Canberra di St John’s Schoolhouse Museum. Bacalah dokumen-dokumen sejarah di Perpustakaan Nasional Australia atau konstitusi pertama Australia di gedung Arsip Nasional yang berdekatan. Lihat seni cadas kuno Aborigin diTaman Nasional Namadgi dan Cagar Alam Tidbinbillayang berdekatan. Menurut Piagam Burra (Australia ICOMOS 1999), ada tiga kriteria untuk menentukan pentingnya suatu bangunan untuk dipreservasi, yaitu (1) kemampuan mendemonstrasikan filosofi, kebiasaan, cita rasa, desain, kegunaan, proses, teknik, bahan, dan hubungan dengan kejadian atau orang penting; (2) keterkaitan dengan kejadian masa lalu yang dianggap sebagai sejarah; (3) kualitas formal dan estetik. Dalam beberapa penelitian mengenai kawasan cagar budaya dicanberra sebagai berikut:
- Dalam tulisan ini, konsep modal budaya telah ditinjau karena berkaitan dengan penafsiran warisan budaya. Kita punya menarik perhatian pada kesamaan antara pendekatan terhadap warisan dan jalan masuk yang ekonomi telah konsepkan lingkungan, melalui pengertian alam modal, dan kami telah menunjukkan lebih jauh perpanjangan teori modal budaya ke dalam arena keberlanjutan Sepanjang kami diskusi, pertanyaan tentang nilai telah di latar depan Ekonomi telah datang cara yang jauh dalam menerapkan metode evaluasi untuk warisan budaya, menerangi Proses tidak hanya dimensi ekonomi dari proyek warisan tetapi juga banyak dari mereka atribut dan manfaat budaya. Namun demikian, seperti yang dikemukakan dalam tulisan ini, kelengkapan teoritis dan empiris mengharuskan kita untuk berpikir lebih luas tentang konsep nilai, mengenali keduanya kekuatan dan keterbatasan tradisional konsep dan metode ekonomi. Di dalam menganggap, fenomena nilai budaya telah diidentifikasi dalam makalah ini sebagai sangat penting Beberapa kemajuan telah terjadi telah dibuat dalam mengidentifikasinya secara teoritis istilah; Tantangannya sekarang adalah membuatnya operasional. Penilaian akan sebuah cagar budaya dilihat dari komponen nilai budaya situs mungkin tercantum sebagai berikut:
a) Nilai estetika: situs memiliki dan menampilkan keindahan dalam beberapa pengertian mendasar, apakah kualitas itu entah bagaimana intrinsik atau apakah hanya muncul dalam konsumsi oleh penampil. Di bawah judul umum nilai estetika kita mungkin juga memasukkan hubungan situs ke lanskap tempat ia berada, yaitu, semua kualitas lingkungan yang relevan dengan situs dan sekitarnya.
b) Nilai spiritual: nilai spiritual yang disampaikan oleh situs dapat berkontribusi pada rasa identitas masyarakat secara keseluruhan dan individu di dalamnya. Ini mungkin memberi mereka rasa kepercayaan budaya dan keterhubungan antara lokal dan global, yaitu dapat membantu mendefinisikan gagasan tentang peradaban manusia dan masyarakat beradab. Kesadaran bahwa nilai spiritual serupa diciptakan oleh situs lain di komunitas lain dapat mendorong dialog antar budaya dan pemahaman.
c) Nilai sosial: interpretasi budaya sebagai nilai dan kepercayaan bersama yang mengikat kelompok bersama-sama menunjukkan bahwa nilai sosial dari situs warisan mungkin tercermin dalam cara keberadaannya dapat berkontribusi terhadap stabilitas sosial dan kohesi di masyarakat. Situs ini mungkin menimpa atau berinteraksi dengan cara hidup di masyarakat, membantu mengidentifikasi nilai kelompok yang membuat masyarakat menjadi tempat yang diinginkan untuk tinggal dan bekerja.
d) Nilai historis: nilai ini, namun diterima, secara intrinsik tidak terbantahkan ke situs dan semua komponen nilai budaya itu mungkin yang paling mudah dikenali dalam istilah objektif. Mungkin manfaat utamanya dilihat dari cara nilai historis membantu menentukan identitas, dengan memberikan ketepatan dengan masa lalu dan mengungkapkan asal-usul masa kini.
e) Nilai simbolis: situs tersebut menyampaikan makna dan informasi, yang membantu masyarakat untuk menafsirkan identitasnya dan untuk menegaskan kepribadian budayanya. Nilai situs sebagai representasi makna penting dalam fungsi pendidikannya, tidak hanya bagi kaum muda tapi juga untuk memajukan basis pengetahuan dan tingkat pemahaman masyarakat secara keseluruhan.
f) Nilai keaslian: situs ini dinilai demi kepentingannya sendiri karena itu nyata, tidak salah, dan karena itu unik. Karakteristik utama yang penting adalah integritas, yang didefinisikan secara beragam dalam situasi yang berbeda; Perlindungan integritas situs, bagaimanapun ditafsirkan, dapat menjadi kendala yang signifikan yang dikenakan pada pengambilan keputusan proyek saat nilai budaya diperhitungkan.
- Memanfaatkan sumber daya yang inovatif ini dilengkapi dengan dokumen terdiri dari tema dan sub-tema sendiri. The Thematic Kerangka mencakup dan dijabarkan oleh jaringan tema yang lebih spesifik: melihat sejarah; mengembangkan ekonomi lokal, regional dan nasional; membangun pemukiman, kota-kota; mendidik; yang mengatur; mengembangkan kehidupan budaya Australia; menandai fase kehidupan. “Prinsip pengorganisasian konsisten untuk Framework Tematik aktivitas”. Dengan menekankan aktivitas manusia yang menghasilkan tempat kita nilai, dan respons manusia terhadap lingkungan alam Australia, tempat terkait dengan proses dan cerita yang terkait dengan mereka, bukan untuk jenis atau fungsi tempat. Tema tidak membatalkan klasifikasi seperti jenis dan fungsi. Tema hanya cara lain untuk menyelidiki dan menafsirkan sejarah tempat.”
- Pariwisata sukses di tempat-tempat warisan tergantung pada pemahaman perspektif pada Operator wisata, Manajer kawasan dan Masyarakat (Komunitas) yang kemudian mendirikan kesamaan, membangun hubungan dan kemudian membentuk kemitraan. Operator wisata lebih mengarah pada nilai suatu kawasan, untuk manajer kawasan pada pnegontrolan kawasan serta parsipasi masyarakat disini sangat penting.
- Pemodelan pilihan sebagai teknik untuk memperkirakan manfaat dan biaya warisan budaya ini dikenal Metode Penilaian Kontinjensi (CVM) adalah metode penilaian lingkungan dimana tidak terdapat nilai pasarnya. Penilaian in untuk mengukur WTP atau WTA pengunjung yang berkeinginan membayar atau menerima kompensasi atas kerusakan lingkungan.
- Manfaat utama dari proses evaluasi GHRP sebelumnya dan pembentukan program baru ini adalah kesadaran tinggi akan manfaat restorasi warisan dan kemauan yang lebih besar untuk menentukan dan mencoba untuk mengukur manfaat dalam hal ekonomi. Selain itu, kerangka evaluasi, berdasarkan manfaat yang teridentifikasi, telah terbukti sebagai alat pengelolaan aset yang bermanfaat. Dengan dimasukkan ke dalam kriteria seleksi program, setiap pemohon memilah manfaat nyata dari konservasi di luar penerapan modal kerja Kebijakan ini menghasilkan manfaat yang cukup besar langsung dan tidak langsung sosial, budaya dan ekonomi bagi masyarakat, serta imbalan keuangan bagi para pemilik tempat-tempat warisan ini. “Penggunaan kebijakan perencanaan untuk mendorong penggunaan adaptif tempat warisan berhasil yang dilakukan di Kota Melbourne. Sebuah pilihan tempat warisan yang telah diciptakan kembali dan dihidupkan kembali sebagai akibat dari pendekatan ini akan menunjukkan hubungan antara kebijakan dan praktek. Kebijakan di masa depan berusaha untuk memaksimalkan manfaat penggunaan adaptif dari tempat-tempat budaya warisan penting.”
- Adaptive reuse adalah membuat perubahan terhadap bangunan untuk mengakomodasi kebutuhan baru dan adaptasi yang dilakukan harus mampu menambah nilai dan kualitas bangunan bersejarah.Manfaat dari Adaptive reuse adalah mencakup lingkungan, sosial, ekonomi dan inovasi promosi. Contoh bangunan di Australia adalah The Queen Victoria Museum and Art Gallery.
- Dari beberapa kajian dari kawasan tersebut dapat dikatakan bahwa perencanaan kawasan heritage di Canberra sangat diperhatikan dan dikontrol oleh pemerintah stempat dalam menghadapi beberapa kendala yang ada dalam pelaksanaan konservasi.
Gambar 1
The Queen Victoria Museum and Art Gallery.
sumber: Adaptive Reuse Canberra
2. Penilian Bangunan Warisan di New South Wales
Penilaian Bangunan Warisan di Sydney. Kajian terhadap isu penilaian spesifik lokasi menegaskan beberapa kesulitan yang akan terjadi ditemui, dan perlu ditangani, dalam studi tentang nilai-nilai warisan.
a. Masalah penilaian bagian keseluruhan yang signifikan. Individu Bangunan adalah bagian dari mosaik perkotaan yang kaya di Sydney. Mungkin tidak mudah mengidentifikasi nilai bangunan individu secara terpisah dari nilai seluruh.
b. Isu terkait adalah beberapa bangunan mungkin dianggap lebih bernilai sebagai bagian dari sebuah daerah daripada sebagai bangunan mandiri. Misalnya, Westpac Bangunan Bank di George Street.
c. Tema melalui semua studi kasus adalah sangat penting informasi. Informasi akan menentukan valuasi secara pasti. Tapi mungkin begitu sulit untuk membedakan antara penyediaan informasi yang obyektif dan argumen advokasi
d. Isu terkait adalah saat sebuah bangunan juga memiliki nilai pakai
e. Idealnya, valuasi warisan individu diperlukan sebelum adanya bangunan warisan dipulihkan·
f. Masyarakat umum pihak yang bertanggung jawab, seperti halnya dengan gedung bank Westpac di Indonesia
Gambar 2
Model of the GPO redevelopment
sumber: Economics of Heritage Listings
Adanya keterlibatan dengan komunitas-masyarakat, dalam konservasi dalam bangunan dan kawasan dengan aspek kesejarahbudayaan dapat berfungsi sebagai pendidikan moral, penalaran, politik, kebijakan, perubahan, masa depan, dan keindahan sebuah bangunan yang ada. Terdapat juga dokumen ini memberikan panduan tentang praktek terbaik dalam penafsiran warisan. Ini berlaku untuk semua jenis warisan lingkungan: alam dan budaya (Aborigin dan non Aborigin) dan juga untuk warisan bergerak - benda alam atau diproduksi atau koleksi warisan penting.
3. Pemberian Insentif terhdap kawasan bersejarah di Victoria,Columbia.
Program insentif Pajak untuk merangsang rehabilitasi bangunan bersejarah telah digunakan selama bertahun-tahun. program serupa di Kanada mulai menunjukkan manfaat yang sama di revitalisasi masyarakat, melestarikan bangunan warisan dan memerangi urban sprawl.
4. Perencanaan lokal Pemerintah dan Laporan Daerah Komite Peran Bangunan Bersejarah di Regenerasi Perkotaan. London: Parlemen Inggris.
Lingkungan bersejarah memiliki bagian penting untuk bermain dalam skema regenerasi membantu menciptakan daerah yang menarik, dalam meningkatkan ekonomi lokal dan memulihkan kepercayaan lokal.
5. Komisi Pariwisata Kanada Ottawa
Dalam studi ini lebih menawarkan jasa untuk konsep penunjang parawisata di kotanya. Salahnya satuny adalah mendefinisikan Produk Pariwisata Tommorow yaitu Perjalanan eksperiensial, pembelajaran, dan pengayaan adalah istilah yang muncul dengan frekuensi yang meningkat di
media perjalanan sebagai peluang perjalanan baru dipromosikan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan wisatawan
Hal- hal ini mempertimbangkan:
1) The London School of Business menerbitkan laporan bahwa d "inovasi utama dalam bisnis saat ini adalah pengalaman. Di lingkungan saat ini konsumen yang semakin canggih - mereka yang memberikan pengalaman pelanggan yang tak terlupakan secara konsisten menciptakan keunggulan dan keunggulan kompetitif.
2) Organisasi Pariwisata Dunia (WTO) melaporkan, "ada pergeseran dari liburan aktif sampai liburan sebagai sebuah pengalaman. Intinya adalah untuk mencapai pengalaman partisipatif yang lengkap yang menyediakan hal baru pengetahuan dan pengalaman otentik.
3) Asosiasi Industri Perjalanan (Travel Industry Association / TIA) melaporkan bahwa keinginan pengembara untuk mengalami sejarah dan Budaya lebih kuat dari sebelumnya dan bahwa "Paling setuju bahwa perjalanan di mana mereka dapat mempelajari sesuatu yang baru lebih berkesan kepada mereka.
4) Konsorsium Pariwisata Pemuda Kanada (YTCC) melaporkan, "hampir semua pemuda independen Pelancong adalah pengalaman-driven. Mereka ingin mengeksplorasi budaya yang berbeda, meningkatkan pengetahuan mereka dan mengalami kegembiraan. Mereka cenderung merencanakan perjalanan yang fleksibel di sekitar informal, aktif dan kegiatan partisipatif.
5) Studi Sikap dan Motivasi Perjalanan Kanada (TAMS) mengungkapkan bahwa, "secara keseluruhan, 7,2%, (121 juta pelancong) di Amerika Utara mencari pengalaman belajar partisipatif sementara berlibur selama dua tahun terakhir.vMenlo Consulting, pada 2003 Educational Travel Conference melaporkan bahwa afinitas dan kelompok pelancong bersedia membayar premi pemandu berpengetahuan, ukuran kelompok kecil, kesempatan untuk bepergian dengan teman yang serupa minat, akses eksklusif ke tempat dan acara, fokus perhatian khusus dan sponsor oleh organisasi afinitas.
6) Seminar pendidikan National Tour Association (NTA) (Maret 2003) mengidentifikasi pengalaman sebagai produk pariwisata generasi berikutnya untuk menumbuhkan bisnis pariwisata. Majalah konsumen Interval International (Spring 2003) memprofilkan perjalanan baru dan high-end. Pengalaman Berenang dengan Hiu di Orlando's Sea World. Peserta mempelajari fakta tentang hiu, Kunjungi ruang persiapan makanan, sentuh hiu dan menyelam.
7) Editor perjalanan di Ottawa Citizen (Sept 2003) menulis satu halaman penuh tentang profil experiential-travelers ingin bekerja sebagai tentara, belajar memasak, sebagai tren baru liburan berlangsung; dan
8) Cruise Line International Association (Oktober 2003) mengidentifikasi bagaimana kapal pesiar memperluas jangkauan mereka kegiatan pembelajaran on board. "Mereka [tamu] bersenang-senang dan belajar pada saat bersamaan dan memilih untuk memanfaatkan banyak kelas, lokakarya, dan program yang tersedia onboard setiap hari.
Inti permintaan ini adalah orang-orang yang bersedia membayar untuk ikut serta dalam perjalanan yang menawarkan sesuatu yang berbeda, pengalaman menarik yang melampaui barang dan jasa yang ditawarkan Ini menyajikan peluang untuk program perjalanan baru, aliansi dan paket.
- Analisis Kegiatan dan Motivasi Travel Survey (TAMS). Ottawa: Komisi Pariwisata Kanada: Laporan ini berfokus pada hasil survey mengenai minat dan kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung wisata peninggalan di Kanada. Dimana untuk menciptakan kualitas kenyaman dalam bertraveling.
Kesimpulan
Dalam melestarikan kawasan cagar budaya tentu ada beberapa hal yang perlu diambil yaitu:
Gambar 3 Prinsip Kawasan Heritage
sumber: Heritage Tourism
1. Melakukan kajian lengkap pada sumber daya kota - alam, budaya dan manusia
2. Menilai kerentanan cagar budaya perkotaan akibat tekanan sosial,ekonomi dan dampak perubahan iklim
3. Menggunakan perencanaan partisipatif dan konsultasi dengan berbagai pemangku kepentingan
4. Memprioritaskan kebijakan dan tindakan pelestarian dan pembangunan, termasuk pelayanan yang baik
5. Menetapkan kemitraan (publik dan swasta) yang sesuai dan kerangka kerja manajemen lokal
6. Perangkat Pengetahuan dan Teknologi serta Manajemen Keuangan.
Adapun keuntungan yang diterima dalam pelestraiian yaitu: dari segi
1. Keuntungan bagi Pemerintah
- Aset budaya dipertahankan
- Terbentuknya landmark budaya yang baru
- Terdorongnya rasa keterikatan masyarakat akan bangunan atau kawasan bersejarah
2. Keuntungan bagi Masyarakat Umum
- Budaya dan karakter lokal dapat dipertahankan
- Kesempatan untuk memperbaiki keadaan kota
- Sumber daya budaya baru bagi masyarakat untuk kesenangan dan edukasi
- Meningkatkan kesadaran masyarakat akan warisan budaya
3. Keuntungan bagi Sektor Ekonomi
- Peluang lapangan pekerjaan
- Peluang bisnis (Kerjsama / mitra)
- Sumber daya pariwisata baru
- Penggunaan sumber daya lahan yang lebih baik
Prinsip – prinsip ini harus menjadi landasan dalam pelaksanaan yang ada sehingga tidak terjadi gap atau masalah yang serius dalam menangani sebuah aset warisan selain itu juga pelestrasian akan cagar budaya sangat penting demi keberlanjutan ke generasi yang akan mendatang.
Daftar Pustaka
Abelson, P. 2002. Valuing the Public Benefits of Heritage Listing of Commercial Buildings. In Heritage Economics: Challenges for Heritage Conservation and Sustainable Development in the 21st Century (Conference Proceedings 2000). Canberra: Australian Heritage Commission. http://www.ahc.gov.au/publications/generalpubs/economics/pubs/economics72.pdf
Abelson, P. and Dominy, C. 2001. Economics of Heritage Listings. New South Wales Heritage Office. http://www.heritage.nsw.gov.au/docs/economics_parta.pdf
Australian Council of National Trusts. 2005. Submission to the Productivity Commission Inquiry into the Conservation of Australia’s Historic Heritage Places. Canberra: Australian Council of National Trusts. http://www.pc.gov.au/inquiry/heritage/subs/sub046.pdf
Claude-Jean Harel. (2006). The Economic , Social and Environmental Benefits of Heritage Conservation : An Annotated Bibliography. Heritage Resources Harel Branch, Heritage Resources Harel, 48.
Canadian Tourism Commission. 2003. Canadian Heritage Tourism Enthusiasts: A Special Analysis of the Travel Activities and Motivation Survey (TAMS). Ottawa: Canadian Tourism Commission. http://www.canadatourism.com/ctx/files/publication/data/en_ca/research/_market_research/canada_marketing/canada_heritage_tourism_enthusiasts_tams_executive_summary_2002/canada_heritage_TAMS_exec.pdf
Canadian Tourism Commission. 2004. Defining Tomorrow’s Tourism Product: Packaging Experiences. Ottawa: Canadian Tourism Commission. http://www.tirc.gov.yk.ca/pdf/TommorowsTourismProductPackagingTAMS.pdf
Department of the Environment and Heritage (Australian Government). 2004. Adaptive Reuse: Preserving our Past, Building our Future. Canberra: Department of the Environment and Heritage. http://www.deh.gov.au/heritage/publications/adaptive/index.html
Economics for the Environment Consultancy. 2005. Valuation of the Historic
Environment: The Scope for Using Results of Valuation Studies in the Appraisal and Assessment of Heritage-related Projects and Programmes. London: English Heritage. http://www.english-heritage.org.uk/upload/pdf/ValofHistoricEnv__eftecExecSumED2.pdf
Hansen, R. 2000.